Terlahir dari keluarga menengah kebawah bukanlah hal yang mudah bagi kami. Tepatnya pada 12 Desember 1988 lalu saya dilahirkan dari seorang Ibu Luar Biasa yang selalu menyayangiku, konon kisah dari orang tua saya, sekitar pukul 6 pagi saat kakak-kakak saya akan berangkat sekolah saya terlahir. Oleh Ayah saya yang luar biasa saya beliau beri nama SUGIMAN, katanya dengan maksud agar kelak saya menjadi pribadi yang SUGIh iMAN.
Ayah saya adalah orang yang sangat Luar Biasa, beliau bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi keluarga kami.
Pekerjaan apapun selama itu halal neliau lakukan, mulai dari menderas nira (legen/badeg), berdagang juga sampai jadi kuli angkut dan kuli panen pada para petani yang lebih mampu.
Ibu, Beliau sangatlah Luar Biasa menyayangiku, beliau begitu hebat dan kuat. Sering kali beliau ikut membantu ayah saat bekerja walau itu berat bagi kita tapi seolah ringan baginya.
Masa kecil saya tidaklah semudah yang teman-teman rasakan.
Rumah kami dipelosok desa yang jauh dari jalan raya, mau perhi kesekolah harus menempuh perjalanan cukup jauh dengan berjalan kaki.
Kelas 3 SD saya baru bisa merasakan bermain sepeda bersama teman-teman saya.
Begitu sulitnya saat itu untuk memenuhi kebutuhan tambahan di keluarga kami. Namun orang tua kami tak mudah menyerah.
Ayah saya adalah orang yang sangat Luar Biasa, beliau bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi keluarga kami.
Pekerjaan apapun selama itu halal neliau lakukan, mulai dari menderas nira (legen/badeg), berdagang juga sampai jadi kuli angkut dan kuli panen pada para petani yang lebih mampu.
Ibu, Beliau sangatlah Luar Biasa menyayangiku, beliau begitu hebat dan kuat. Sering kali beliau ikut membantu ayah saat bekerja walau itu berat bagi kita tapi seolah ringan baginya.
Masa kecil saya tidaklah semudah yang teman-teman rasakan.
Rumah kami dipelosok desa yang jauh dari jalan raya, mau perhi kesekolah harus menempuh perjalanan cukup jauh dengan berjalan kaki.
Kelas 3 SD saya baru bisa merasakan bermain sepeda bersama teman-teman saya.
Begitu sulitnya saat itu untuk memenuhi kebutuhan tambahan di keluarga kami. Namun orang tua kami tak mudah menyerah.